Minggu, 17 Juli 2011

Bebas Dari Penjajahan Bahasa Belanda, Masuk ke Dalam Penjajahan Bahasa Amerika

Karya Taufiq Ismail

Saya duduk dua jam di depan layar kaca,
Saya catat teks judul, kata-kata iklan, dan tuturan dalam acara televisi,
waktu itu tahun yang lalu di malam hari,
dan inilah lima belas di antaranya.

Pertama-tama Top Nine News.
Siapa yang memirsa berita jam 9 malam ini?
Orang California? Penduduk kota Sydney? Orang Skotlandia?
Kok pakai bahasa Amerika?
'Kan bisa memakai judul Sembilan Berita Penting.

Kedua Top Picture. Apa susahnya memakai istilah Gambar Utama?
Kalau pakai bahasa sendiri memang kurang bergengsi, kurang
berwibawa.

Lalu iklan merk mobil. Discover More. Siapa yang menonton iklan ini?
Barangkali untuk memancing pembeli mobil dari Melbourne atau
Birmingham. Mereka tentu tak paham kata-kata kita Temukan
Keistimewaan Lebih Banyak.

Live Your Passion. Ini iklan obat untuk merangsang syahwat.
Mungkin ini untuk menjerat pembeli dari Johannesburg atau
Wellington.
Pasti mereka tak mengerti Nikmali Gairah Anda.

Economic Challenges.
Asyik betul saluran televisi yang satu ini
memajukan bahasa Nyonya Margaret Thatcher.
Kurang gagah 'kan, kalau dipakai ungkapan Tantangan Ekonomi?

The Election Channel.
Apa ini laporan pilkada di Chicago, di RT/RW kampung Barack
Obama sana? Memang, kalau pakai bahasa Paman Sam, berkurang rasa udik dan minder kita.

BPK Review.
Apa pentingnya hasil kerja pemeriksa keuangan ini untuk pemirsa New Orleans? Apa di New Orleans, Liverpool, dan Capetown ada yang
mengikuti acara ini?

Tujuan dan Scope Pemeriksaan.
Memang kurang gagah kalau judul diganti menjadi Tujuan dan Lingkup Pemeriksaan.
Rasanya jadi lebih gagah dan terpelajar kalau pakai bahasa Arnerika.

Sales and Marketing.
Apa urgensinya memakai istilah ekonomi elementer ini dalam bahasa Adam Smith?
Supaya kelihatan hebat, berilmu, tidak ketinggalan dan bergengsi tinggi.

Live Report.
Mungkin program ini urgen untuk imigran kulit putih di
Johannesburg
atau imigran kulit hitam di Louisiana,
yang menonton acara Laporan Langsung ini.

Headline News. 
Dari 100 juta pemirsa layar kaca ini, 
berapa ratus ribu atau berapa juta pemirsa rakyat Ratu Elizabeth di tivi ini, 
berapa ratus ribu atau berapa juta pemirsa rakyat Barack Obama di
tivi ini? 
Kalau judul diganti dengan Benita-berita Utama, apa mereka kecewa?

Flashbacks. 
Apa susahnya memakai istilah Kilas Balik? 
Rupanya memang susah 
Karena Bahasa Amerika bahasa yang hebat menjajah. 

Fit and Proper Test. 
Menonton layar kaca ini seperti kita dipaksa 
mengikuti kursus bahasa bangsa George W. Bush saja 
Rasanya lebih layak dan patut dipakai istilah Uji Kelayakan dan Kepatutan. 

Be Smart Be Informed. 
Dalam bahasa kita memang agak panjang jadinya: 
Jadilah Pemirsa Cerdas. Jadilah Pemirsa Kaya Informasi 

Yang kelima belas, Save Our Nation. 
Kalau dari sudut pandang bahasa ini, maka yang diselamatkan adalah 
bangsa Amerika, bangsa Inggeris, bangsa Canada, bangsa New 
Zealand, dan bangsa-bangsa yang memakai bahasa ini, 
bukan bangsa Indonesia. 
Kenapa tidak pakai ungkapan Selamatkan Bangsa Kita 
Dan satu lagi seruan Selamatkan Bahasa Kita? 
Yang langsung dimaksudkan pasti bangsa kita, bangsa Indonesia. 
Sesudah lama dijajah bahasa Belanda, akhirnya kita merdeka dari 
penjajahan itu 
Kiranya sekarang kita dijajah oleh bahasa Amerika 
Kelihatannya akan sangat lama kita dijajah begini 
Silau, minder, terbungkuk-bungkuk, rendah diri 
Waktu dijajah bahasa Belanda dulu, tidak segawat ini 
Dan memang waktu itu belum ada saluran televisi. 
Apakah perlu televisi Indonesia ikut membina 
kesadaran berbahasa Indonesia pada pemirsanya? 
Tentu perlu. Tapi struktur ekonomi kapitalistik yang mendasari industri ini, dan orientasi rating yang jadi rujukan utamanya, maka kesadaran berbahasa teryata bukan urusan televisi. 
Kesadaran berbahasa, modal utama rasa kebangsaan, bukan urusan televisi 
Mencari sebanyak-banyak laba, itulah urusan televisi.*** 
2010 

Catatan Taufiq Ismail 
Di akhir bulan Mei 2009 saya memberikan ceramah tentang perusakan 
penggunaan Bahasa Indonesia pada saat ini, lisan dan tertulis, dengan fokus 
terhadap televisi, di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang. 
Ceramah tidak dimuat selengkapnya di sini. Dalam bentuk puisi pemakalah memaparkan (sebagian kecil) perusakan itu dengan sebuah pengamatan terbatas dan sederhana, melalui, pencatatan teks judul, iklan, dan tuturan dalam dua jam tayangan MetroTV pada hari Senin, 11 Maret 2009, 21.15 - 23.15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar