Senin, 18 Juli 2011

Air Liur Rusak Karena Pasta Gigi?

Hasil riset menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut diderita 98 persen penduduk dunia dan menempati urutan kedua setelah influenza (100 persen). Sayangnya, selama ini kalangan dokter gigi selalu menyalahkan kebersihan mulut sebagai biang keladi kerusakan gigi atau bad oral hygiene.
 
Padahal, orang purba yang tidak pernah gosok gigi malahan memiliki gigi yang sehat dan tidak tanggal. Berawal dari situlah Alexander Agung mulai penasaran. Padahal lulusan Sekolah Hua Chung, Jakarta yang akrab dipanggil Alex itu bukanlah seorang dokter, melainkan entrepreneur.

Namun berkat ketekunannya membaca buku teks tentang gigi dan mulut serta setelah melakukan penelitian selama 10 tahun, maka dia berhasil menyusun teori baru tentang penanggulangan sariawan dan bau mulut.

“Air liur (ludah) mengandung 40–50 jenis protein yang berfungsi sebagai pelumas dalam rongga mulut, membantu pencernaan, membunuh bakteri sekaligus mengendalikan pertumbuhan bakteri yang dibutuhkan. Air liur memberikan daya tahan dan daya tangkal alami kepada manusia,” ungkapnya.

Dia juga mengatakan bahwa pemakaian detergen dan antiseptik pada pasta gigi dan obat kumur merusak air liur. Juga zat kimia pada makanan dan minuman. Protein dalam ludah ikut rusak.

Akibatnya, daya tahan dan daya tangkal tubuh menurun. Sariawan terjadi karena kualitas air ludah menurun. Perkembangan bakteri mulut menjadi tidak terkontrol. Bakteri akan menghasilkan asam dengan ph 5,2 , racun, dan gas sulfur yang bersifat mudah menguap sehingga disebut VSC (Volatile Sulfur Compounds).

Gas VSC ini ada tiga jenis, yakni H2S, CH2SH, dan CH3SCH. Asam melarutkan email gigi yang menyebabkan gigi berlubang. Racun merembes ke dalam gusi dan jaringan penyangga gigi sehingga mengakibatkan radang gusi (gingivitis) dan radang jaringan penyangga gigi (periodontitis). Sementara, gas sulfur akan mengakibatkan bau mulut (halitosis).

“Berbagai penelitian menguatkan, persoalan gigi dan mulut itu terjadi karena air ludah atau saliva telah kehilangan fungsi pertahanannya,” katanya.

Lewat ketekunan belajar dan kemudian melakukan penelitian dengan beberapa pakar, Alex memberanikan diri meluncurkan produk pasta gigi dengan diferensiasi utama tanpa detergen.

Pada 1991, di bawah bendera PT Enzym Bioteknologi Internusa, Alex menciptakan pasta gigi Enzim yang diformulasikan untuk mengembalikan air liur kepada fungsi alaminya. Dia mengklaim, Enzim merupakan satusatunya pasta gigi di dunia tanpa mengandung bahan detergen.

Selain itu, pasta gigi ini tidak hanya bermanfaat untuk membersihkan gigi, tetapi juga untuk membersihkan rongga mulut dan mengembalikan fungsi air liur. Karena berkualitas tinggi, maka produk ini tergolong produk premium berharga mahal.Harga jual pasta gigi Enzim berkisar antara Rp10.000 -yang berukuran 50 ml- sampai dengan Rp70.000 untuk yang berukuran 100 ml.

Pasta gigi Enzim sebenarnya ditujukan untuk semua lapisan masyarakat. Namun dengan alasan mahalnya bahan baku, produk ini masih bermain di pasar premium. Pada generasi ketiga, pasta gigi Enzim diberinya tambahan kolostrum. Kolostrum adalah air susu ibu pertama setelah melahirkan yang berwarna kekuning-kuningan.

Colustrum hanya tersedia pada 24–36 jam pertama susu ibu untuk membantu bayi agar memiliki daya tahan tubuh yang hebat.Guna keperluan itu, Alex mendatangkan kolostrum dari susu sapi India. Dengan begitu, komposisi Enzim kini menjadi enam buah komponen utama.

Tidak mengherankan bila dengan formula baru itu, kini banyak yang memanfaatkan pasta gigi Enzim sebagai obat serbaguna untuk mengatasi pelbagai penyakit seperti jerawat, keputihan, ambeien, batuk, dan maag.(Okz/Git)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar